Jumat, 07 Oktober 2011

Membangun Mental Masyarakat BANTEN


Pendidikan menjadi hal terpenting dalam menentukan maju atau tidaknya suatu daerah. Dengan kualitas pendidikan yang baik, maka akan meningkatkan taraf  perekonomian masyarakatnya. Dewasa ini kesadaran akan pentingnya pendidikan sangat kurang, khususnya di Provinsi Banten. Banyak yang menyebabkan hal ini terjadi, salah satunya kurang adanya keinginan dalam diri masyarakat untuk belajar dan semangat mengenyam pendidikan. Jangankan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, berniat untuk masuk ke jenjang pendidikan menengah pun masih dikatakan sedikit sekali. Kebanyakan dari mereka terlalu mempermasalahkan keadaan sosial dan keadaan ekonomi keluarganya. Memang bagi orang-orang yang kurang beruntung dari segi ekonomi,  pendidikan bukanlah hal yang mudah, justru dapat menambah beban hidup di tengah permasalahan masyarakat yang multidimensional.
Pemerintah memang sudah mengupayakan dalam hal pengentasan buta aksara, dengan program wajib belajar sembilan tahun. Namun tetap saja masih kurang maksimal dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan pendidikan yang kurang merata, ditambah asumsi mereka mengenai pendidikan hanyalah kegiatan yang menghabiskan waktu dan biaya, yang mengakibatkan kurangnya minat dan antusiasme masyarakat daerah terhadap pendidikan.  Kurangnya motivasi dalam diri setiap individu  ditambah keadaan lingkungan yang tidak mendukung masyarakat untuk memperoleh pendidikan, sehingga membuatnya merasa nyaman dengan keadaan mereka saat itu.
Pada dasarnya pendidikan perlu ditunjang dengan fasilitas dan keadaan lingkungan yang  mendukung. Namun hal itu sebenarnya bukanlah menjadi penyebab utama yang membuat masyarakat Banten kurang respons terhadap pendidikan. Motivasi dalam diri setiap individu pun menjadi faktor penyebab yang sangat dominan. Dalam hal ini, motivasi dan mental dalam diri sendiri lebih kuat dibandingkan dengan motivasi yang berasal dari lingkungan.
Mental Turun-Temurun
Banten adalah salah satu dari sekian wilayah di Indonesia yang masuk ke dalam daftar provinsi tertinggal. Kemiskinan dan kualitas pendidikan yang rendah menjadikan Banten semakin terpuruk.. Hal itu tidak lain disebabkan oleh masyarakatnya sendiri yang bermental lemah untuk berkembang dan maju menjadi masyarakat intelektual. Keadaan ini diperburuk dengan bertambahnya jumlah pengangguran yang ada di Provinsi Banten. Secara nominal jumlah pengangguran di Banten bertambah 18.466 orang dibandingkan periode yang sama tahun 2010,’’ (Dalam; BPS Provinsi Banten, Husin Maulana, Februari 2011), sehiningga pengangguran di Banten sudah menjadi tradisi masyarakat yang kurang berpendidikan.
Memperhatikan hal tersebut, masyarakat Banten dapat dikatakan tidak butuh dengan pendidikan. Hal ini terlihat dari kurangnya penanaman dari orang tua akan pentingnya pendidikan kepada anak-anaknya. Sehingga membuat mereka berpandangan bahwa pendidikan bukanlah faktor yang dapat menjadikan diri mereka dapat merasakan hidup lebih baik, hingga banyak terjadi kasus putus sekolah di beberapa daerah di Provinsi Banten. Surat kabar harian Republika memberitakan angka putus sekolah di Provinsi Banten untuk sekolah dasar (SD) mencapai 1.492. Sedangkan untuk SMP 1.122 siswa selanjutnya untuk pelajar SMA sebanyak 360 siswa, dan SMK 278 siswa. Orang tua yang menganggap kurang pentingnya pendidikan, mereka secara tidak langsung telah menanamkan mental pada diri anak-anaknya untuk lebih memilih bekerja ketimbang mengenyam pendidikan, di usia mereka yang dapat dikatakan masih relatif dini untuk merasakan kerasnya dunia kerja.
Miris sekali jika kita mendengar hal itu. Bahwa secara tidak langsung orang tua telah menanamkan sikap yang skeptis terhadap dunia pendidikan pada anak-anaknya dan mewariskan kepada mereka mental dan budaya bermalasan, yang berujung pada meluasnya angka pengangguran dan kemiskinan. Terlebih membuat mereka tidak mempunyai mental untuk menjadi orang besar yang mampu memutus rantai kemiskinan yang telah turun-temurun mereka rasakan, yang berakibat mereka tetap merasakan kehidupan statis yang berada di bawah garis kemiskinan.
Mencari Habibie
       Melihat hal tersebut, Banten seakan-akan “haus” akan seorang sosok tauladan yang dapat dijadikan cermin untuk memompa motivasi dan mental masyarakatnya. Karena mereka dapat dikatakan terlalu bermental lemah, maka dari itu perlu diperlihatkan usaha dan kerja keras yang dilakukan oleh seseorang yang mampu meraih kesuksesan serta menjadi orang besar dengan usaha yang keras, meskipun berada dalam lingkungan yang tidak memungkinkan untuk mengenyam  pendidikan. Kita dapat mengambil contoh dari seorang BJ. Habibie. Seorang anak bangsa yang bermental baja, dengan segenap kemampuannya serta motivasi yang tinggi mencoba tetap bertahan untuk mengukir prestasi, meskipun Beliau dibesarkan dari keluarga dengan keadaan ekonomi yang rendah. Namun semangat untuk belajar dan mengenyam pendidikan tidak luntur hanya karena persoalan itu. Hingga akhirnya Beliau menyandang gelar profesor dan sangat dihargai bahkan dihormati di negara lain melebihi negaranya sendiri.
       Hal itulah yang sepatutnya kita jadikan tauladan untuk hidup lebih baik. Bahwa meraih kesuksesan tidaklah mudah, perlu perjuangan. Sehingga masyarakat Banten perlu menemukan sosok seperti Habibie tersebut, dan kita pun perlu meniru mental Beliau dengan semangat untuk terus belajar yang Ia lakukan hingga saat ini. Tidaklah keadaan orang tuannya menjadi kendala berarti dalam menurunkan semangat belajar, karena itulah yang sepantasnya kita tiru dan kita lakukan. Mental pemenang yang ada dalam diri seorang BJ. Habibie.
Habibie Banten
Permasalahan mental tidak terlepas dari bagaimana pembentukkan karakter (the character building) pada saat menapaki usia anak-anak. Pembentukkan karakter sangat berkaitan dengan permasalahan sosial mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat sampai pada bangsa dan Negara. Permasalahan bangsa Indonesia mengenai mental dan karakter sebenarnya permasalahan yang sangat klasik namun perlu suatu penanganan yang khusus dan istimewa. Namun, sampai saat ini belum ada sesosok pemimpin atau tauladan yang mampu menangani permasalahan yang sangat pundamental di negeri ini, maka akibatnya bangsa dan Negara Indonesia terus berada dalam kondisi Negara yang tertinggal, baik dari sisi ekonomi terlebih pendidikan yang berkualitas oleh bangsa dan Negara lainnya di dunia.
Mental seorang pemenang sebenarnya sudah ada dalam diri kita masing-masing, tergantung apakah kita akan mengoptimalkan potensi tersebut. Karena kitalah Habibie masa kini yang mampu membangun Banten dengan segenap kemampuan. Memiliki mental juara yang pantang menyerah sebelum kemenengan berada ditangan kita. Semua itu tergantung bagaimana caranya mengekspresikan apa saja yang dapat dilakukan tanpa terpengaruh oleh keadaan keluarga dan situasi lingkungan, baik dari segi perekonomiannya, maupun status sosialnya.
Dibutuhkan pembentukkan karakter dan mental yang kuat dalam memotivasi diri serta dorongan dari luar untuk menangani permasalahan mental saat ini, terutama menyangkut dunia pendidikan. Meskipun pelbagai masalah yang berada disekitar kita terus mengajak mundur dan berbalik arah untuk pulang. Hal inilah yang seharusnya dijadikan batu loncatan untuk terus maju, bukan malah menjadi batu sandungan yang justru menjatuhkan semangat dan mental kita. Pandanglah diri kita hari ini, berilah semangat untuk maju, karena esok hari kita tidak tahu akan menjadi seperti apa, tergantung dari seberapa kuat mental kita dalam menghadapi masa depan.
Banten yang sebenarnya memiliki kualitas Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah. Namun amat disayangkan, hanya karena kurangnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang cakap dan kompeten dalam mengolah potensi alam yang begitu melimpah, masyarakat Provinsi Banten terpaksa menjadi ‘budak’ di daerahnya sendiri, ini merupakan ulah dari ketidakpiyawayan pemerintah daerah dalam menangani setiap permasalahan yang timbul di Banten, akibatnya masyarakatlah yang menjadi korban. Hal ini disebabkan tidak adanya mental dalam menghadapi permasalahan tersebut, karena mereka terlalu berpangku tangan pada orang lain, serta tidak mau memperkaya dirinya dengan pengetahuan.
Dengan tumbuhnya mental pemberani dalam menghadapi era globalisasi, maka seseorang akan melakukan apapun untuk memenuhi rasa ‘hausnya’ akan pendidikan. Ia akan berusaha sekuat tenaga, tanpa berfikir tentang kondisi keluarganya. akan tetap mengenyam pendidikan dan terus belajar, meskipun keadaan ekonomi keluarga yang mengkhawatirkan. Karena dengan mental inilah setiap orang akan bangkit untuk membawa keluar keluarganya dari keterpurukan dan dari belengguh kemiskinan, sehingga mereka akan menjadi awal dari pemutus rantai kemiskinan keluarganya. Mereka akan menjadi masyarakat berpendidikan yang pada akhirnya dapat merubah dan membangun Provinsi Banten, menjadi provinsi yang memegan teguh pendidikan sebagai prioritas utama dalam memajukan Banten khusunya dan Indonesia pada umumnya.



PROFIL PENULIS

NAMA                             : DEDEN KURNIAWAN S P
NIM                                 : 2225101539
PRODI/SEMESTER        : PEND. MATEMATIKA/ II
JUDUL                             : MENUMBUHKAN MENTAL MASYARAKAT BANTEN
NO HP                             : 08567596298
E-MAIL                           : deden.oktet@gmail.com